Kamis, 05 Maret 2015

kesenian asli racikulon

Tari Tayung Raci, Kesenian Asli Warisan Leluhur Desa Raci Kulon Sedayu

Written By Reportase Pantura on Senin, 08 Desember 2014 | 20.00



Gresik (Reportase) – Desa Raci Kulon adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Desa ini mempunyai luas wilayah sekitar 257 hektar, dengan jumlah penduduk sekitar 735 jiwa. Desa ini juga memiliki kesenian tradisional khas, yakni Tari Tayung Raci. Namun sayang, hampir 30 tahun lebih tarian warisan leluhur desa itu seolah hilang di telan zaman.


Oleh karena itu, Kepala Desa (Kades) Raci Kulon, Sudarmono, bertekad akan mengangkat kembali tarian itu. Kades yang baru 1,5 menjabat ini mengaku tergugah dan merasa bertanggung jawab melestarikan warisan leluhur desa yang kini ia pimpin. “Saya akan berusaha semaksimal mungkin mngangkat dan melestarikan tarian ini. Karena tari Tayung Raci ini asli berasal dari Desa Raci Kulon, dan bernilai budaya tinggi,” ungkap Sudarmono.


Tak berlebihan tentunya jika Kades bersikeras untuk melestarikan tarian tersebut. Pasalnya, tarian itu mempunyai nilai sejarah tinggi dan merupakan peninggalan dari pendiri Desa Raci Kulon, yakni Ki Demang Sindupati. Tarian ini merupakan ikon budaya masyarak Desa Raci Kulon sebagai simbol keberanian dalam menegakkan kebenaran.


Sesuai sejarah yang diceritakan turun temurun, tarian itu menggambarkan kepahlawanan seorang senopati yang gagah berani dalam menghadang dan berperang melawan penjajah. Tarian ini mengisahkan seorang demang yang mempunyai kemampuan 7 wira loka atau 7 olah keprajuritan dengan menghimpun sebuah kekuatan guna menggalang pemuda-pemuda desa di tanah perdikan yang bernama ‘Raci Nggobang’ yang kini dikenal dengan nama Raci Kulon.


Dengan kemampuan yang tidak di miliki oleh orang lain tersebut, pada waktu itu atas perintah dari Kanjeng Sinuwun Adipati Sedayu, beliau diperintahkan ‘nggulowentah’ atau ‘nggembleng’ olah keprajuritan di tanah perdikan dan diberi gelar ‘Kanjeng Pangeran Sindupati’ atau yang sering di sebut Kanjeng Pangeran Sindupati. Yang pada akhirnya beliau di anugrahi gelar ‘Ki Demang Sindupati’.


Seni budaya Tari Tayung Raci ini biasanya di mainkan oleh 21 orang dengan membawa perlengkapan senjata tombak sebagai alat peraganya. Pagelaran seni tari Tayung Raci ini semakin elok dan indah oleh pepaduan tetabuhan gendang, kenong dan tanjidr (beduk) yang melambangkan keharmonisan yang mengiringi setiap langkah penari yang berbekal “Tombak Wijil Trunojoyo”  yang melambangkan gagah beraninya prajurit Kademangan Raci Gobang.


Satu penari Tayung Raci ini ada yang memerankan Demang Sindupati, dengan menunggangi seekor kuda putih dan dikawal oleh para prajurit. Tayung Raci ini juga di ikuti oleh seorang penari yang berperan sebagai macan dengan nama Singo Wanoro. Tayung Raci ini disetiap gerakan selalu diikuti dengan pujian Solawat Nabi atau nyayian gending-gending mijil sesuai dengan acara yang ada.


Menurut Kades Sudarmono, pernah beberapa kali Tari Tayung Raci itu ditampilkan di kota-kota besar di Indonesia.Salah satunya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta dan di Taman Hiburan Remaja (THR) Surabaya pada era 1987-an. Pada tahun 2014 ini Tari Tayung Raci juga sempat ditampilkan di Gedung WEB Gresik. Namun sangat disayangkan oleh Kades, lantaran tampilnya tarian itu tanpa seizin pihak Desa Raci Kulon.


Kades mencontohkan, penampilan Tari Tayung Raci ini di TMII Jakarta, oleh PT Semen Gresik dengan menggunakan nama Tari Tayung Giri dari Gresik.  Padahal, menurutnya, seni Tari Tayung Raci ini hanya ada di Desa Raci Kulon Kecamatan Sedayu Kabupaten Gresik dengan nama Tari Tayung Raci.  “Ya bukan apa-apa, tapi etikanya mereka harus minta izin atau setidaknya memberi tahu kami lah,”       ungkapnya dengan nada kecewa.


Sudarmono menyampaikan, selain seni budaya tari Tayung ini, Desa Raci Kulon juga masih mempunyai tempat-tempat peninggalan bersejarah lainnya yang mempunyai nilai sejarah tinggi  di antaranya adalah “Pesarean (Pekuburan) Demang Kanjeng Sepuh dan Telaga”. Tempat peninggalan ini pernah di kunjungi oleh petugas benda-benda bersejarah dari Trowulan Mojokerto.

“Saya selaku Kades bersama seluruh jajaran Pemdes bertekad untuk terus nguri-nguri budaya leluhur, mengangkat dan mengembangkannya. Harapannya, warisan leluhur itu tetap bisa dikenal generasi dan sekaligus sebagai sarana untuk mengangkat Desa Raci Kulon yang pada akhirnya menjadi ikon yang bisa menjadi produk sebagai penyumbang penyumbang Pendapatan Asli Desa,” papar Sudarmono. (nanang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar